Kang Nur


Suka main, njajan, dan data
Share: 

Diperbarui Senin, 18 Mar 2024

Ditulis oleh Kang Nur

'Best Practice' dalam Melakukan Storytelling

Di era yang disebut "tsunami data" seperti saat ini, kemampuan dalam menganalisis dan menyajikan informasi dari data menjadi "kunci" untuk pengambilan keputusan yang tepat. Storytelling adalah suatu metode dalam menyampaikan hasil analisis data. Storytelling tidak hanya mempresentasikan data dalam bentuk angka dan grafik, tetapi harus bisa melihat "konteks" dan mengaitkan data dengan narasi yang kuat, sehingga audiens memahami insight dari analisis data dan pengambilan action yang tepat.

Pada tulisan ini, akan membahas "Best Practice" pada storytelling. Beberapa hal mencakup: tipe data visualisasi, pertanyaan yang harus dijawab sebelum membuat storytelling, komponen penting dalam pembuatan dashboard, dan cara menambahkan konteks serta menentukan layout yang tepat.

  1. Tipe Data Visualisasi

    • Exploratory: visualisasi ini bertujuan untuk mengeksplorasi data dan mencari pola atau tren yang menarik. Biasanya, visualisasi ini disajikan tidak terlalu formal.

    • Explanatory: Visualisasi ini digunakan untuk menjelaskan temuan atau hasil analisis kepada audiens. Biasanya, visualisasi ini disajikan dengan formal dan didesain dengan lebih detail untuk memastikan pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan jelas.

  2. Pertanyaan yang Harus Dijawab

    Sebelum membuat storytelling, ada tiga pertanyaan penting yang harus dijawab:

    • Apa tipe datanya? (Time series?, Kategori?, dll).

    • Apa yang ingin disampaikan? (Perbandingan?, Komposisi?, Hubungan?, dll).

    • Siapa audiensnya? (Pemangku kepentingan?, Manajemen?, teman sesama analis?, dll)

  3. Komponen Data Dashboard

    • Identifikasi metrik yang sesuai: pilih metrik yang relevan sesuai dengan tujuan bisnis dan analisis.

    • Pilih visual yang sesuai: Pilih jenis visualisasi yang cocok untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikan.

    • Filter dan interaksi: Pertimbangkan, apakah dashboard memerlukan fitur filter atau interaksi? Agar audiens dapat mengekplorasi data lebih mendalam.

  4. Menambahkan "Konteks" pada Dashboard

    Agar "storytelling" lebih kuat, menambahkan konteks pada dashboard tidak bisa diabaikan. Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah melalui komentar, teks, atau pemilihan warna. Konteks membantu audiens untuk memahami temuan dan intepretasi data dengan lebih baik.

  5. Menentukan Layout

    • Simplicity (Kesederhanaan): Pastikan layout dashboard sederhana dan intuitif, agar audiens mudah memahami informasi yang disajikan.

    • Hierarki yang Jelas: Desain visualisasi dan elemen dashboard dengan hierarki yang jelas, agar audiens terfokus pada poin-poin penting.

Storytelling menjadi kunci untuk mentransformasikan insight menjadi action. Dengan menggunakan best practice seperti yang sudah dibahas, data analyst dapat membuat storytelling yang menarik dan informatif, sehingga data lebih "bermakna" dan "berdampak". Dengan demikian, data analyst dapat lebih efektif dalam mengkomunikasikan temuan dan rekomendasi kepada audiens yang berbeda.

, , ,